Minggu, 13 Maret 2016

Belajar dari Tukang Parkir

Belajar dari Tukang Parkir

Tidak Ada Pekerjaan Halal yang Hina. Seburuk-Buruk Pekerjaan Adalah Pekerjaan yang dilakukan Dengan Niat yang Jelek dan dengan Cara-cara yang diharamkan Oleh Allah swt. Dan Sebaik-Baik Pekerjaan Adalah Pekerjaan yang dilakukan dengan Niat yang Baik dan dengan Cara-cara yang diridhai Allah swt.
“Muhaji Said Al-Muhajirin”

Siapa sih yang tidak kenal dengan yang namanya tukang parkir. Penulis yakin bahwa semua orang mengetahuinya. orang yang berdiri di pinggir jalan sambil meniup sebuah sempritan, memberikan kode dengan lambaian tangan. Mengarahkan kendaraan yang tinggal dan lalu lalang. Hidupnya selalu di habiskan hanya di pinggir jalanan, bajunya robek, topinya kusut dan bentuk pakaian yang tidak terawat. Mungkin itulah yang terpikir dan terbayang ketika kita lihat dan bayangkan yang namanya tukang parkir.


Selama ini mungkin kita beranggapan, bahwa menjadi tukang parkir adalah pekerjaan yang kurang terhormat. Kurang bagus, enggak layak, bahkan banyak juga diantara kita menganggapnya sebagai suatu pekerjaan yang hina, yang tidak bernilai harganya. Akan tetapi jangan salah, tukang parkir itu punya filosofi yang bisa kita ambil untuk menjadi pelajaran hidup di dunia ini.
Catatan besar bagi kita semua. Tidak ada pekerjaan halal yang hina, seburuk apapun pekerjaan, namun jika itu halal. Maka itu adalah mulia. Bahkan lebih terhormat berdiri menjadi tukang parkir di pinggir jalanan daripada duduk-duduk di atas kursi pejabat yang hanya suka menggerogoti uang rakyat.
Catatan
Buat orang yang suka korupsi, mencuri, mengambil hak orang lain hati-hatilah anda, cepatlah anda bertobat sebelum ajal menghambat. kelak orang yang suka menggrogoti  uang rakyat, suka mengambil hak orang lain, ia akan di bangunkan dari kuburnya oleh Allah swt dipadang mashyar seperti muka dan kepala tikus, badannya badan manusia namun kepala dan mukanya seperti TIKUS. Ini di sebabkan ketika hidup di dunia ia suka mengambil barang yang di simpan rapi-rapi.


Salah satu pembantu Rasulllah saw yang dihadiahkan oleh Rifa’ah bin zaid, saat menempuh perjalanan bersama Rasulullah saw menuju sebuah daerah. Tiba-tiba ia berhenti sejenak guna untuk beristirahat. Setelah pembantu tersebut meletakkan perbekalan Rasulullah, tiba-tiba ada anak panah yang meleset tepat pada arahnya sehingga akhirnya ia meninggal dunia.
Hingga seorang sahabat mengatakan alangkah bahagianya dia karena akan mendapatkan surga, mendengar itu kemudian Rasulullah saw bersabda “Sekali-kali tidak, demi dzat yang dijiwaku berada di tangan-Nya, lilin ghanimah yang belum dibagikan yang dicurinya dalam perang khaibar akan menjadi api neraka yang membakarnya (HR. Bukhari Muslim)
Sahabatku.
Seseorang yang sudah dianggap oleh sahabat sebagai ahli surga, menjadi pembantu Rasulullah, yang menyaksikan shalat dan puasa Rasulullah, yang selalu mendengar nasehat-nasehat beliau, yang menuangkan air wudhu untuk beliau, namun itu semua tidak mampu untuk membayar satu kesalahan yang ia lakukan saat perang khaibar yakni mencuri sebuah lilin.
Lalu pertanyaan bagi pribadi kita masing-masing sudah berapa banyakkah perbuatan jahat yang kita lakukan ? Berapa banyak hak orang lain yang kita rampas ? Berapa banyak uang-uang rakyat yang kita ambil? Lalu bagaimana mungkin dirimu engkau anggap  akan masuk surga.
Iblis keluar dari surga karena satu kesalahan yang ia lakukan. Nabi Adam a.s, keluar dari surga karena satu kesalahan yang ia perbuat. Seorang wanita di masukkan ke dalam neraka karena seekor kucing yang ia kurung dan tidak di beri makan lalu mati. Seorang bisa dihukum campuk karena menuduh orang baik-baik berzina, pencuri di potong tangannya karena ia mengambil uang sejumlah tiga dirham
Lalu bagaimana dengan kita yang selalu melakukan dosa demi dosa. Bukan hanya satu, dua, atau tiga jenis perbuatan jahat. Namun sungguh sangat banyak yang kita lakukan, suka mengambil hak orang lain, durhaka, merampas, menzdolimi, mencuri, berzina, minum khamar, fitnah dan lain sebagainya. Lalu bagaimana mungkin surga akan kita raih. Yuk cepat-cepatlah bertobat sebelum ajal menghambat.

Baiklah kita kembali pada topik awal yakni Tukang Parkir.
Sekali-kali cobalah anda merenung. Jika kita pikir-pikir. Memang Hidup itu enaknya seperti tukang parkir. Mengapa penulis katakan demikian karena tukang parkir walaupun banyak kendaraan yang datang diparkirannya ia tidak pernah merasa sombong. Bahkan setelah kendaraan itu satu persatu pergi meninggalkannya ia tidak pernah merasa sedih. Mengapa ? Karena tukang parkir itu merasa di titipi bukan memiliki. Karena siapa-siapa yang merasa memiliki pasti akan takut kehilangan. Apapun yang di miliki oleh manusia baik yang ada pada dirinya maupun yang di luar dirinya pasti ia merasa takut untuk kehilangan.
Maka Pelajarannya adalah apapun yang kita miliki di atas dunia ini maka anggaplah sebagai sebuah titipan dari Allah swt, yang harus kita jaga dan syukuri. Harta adalah titipan, dan harta engga’ boleh bikin kita jadi orang yang sombong, baru punya motor sudah sombong, sama tetangga engga’ mau saling sapa, baru punya mobil waduh jalannya kayak dia yang punya.

Demikian pula dengan seorang anak ia adalah titipan dari Allah swt yang harus kita jaga, rawat dan bimbing. Seumpamanya Allah swt menitip tiga anak didalam rumah kita. Yang satu pencuri, yang satu lagi perampok, dan yang satu adalah pemabuk. Apakah Allah marah? Tentu Allah pasti marah. Sebab anak adalah amanah yang harus kita jaga.

Ibarat kita menitipkan sebuah barang kepada seseorang. Pada saat barang itu sudah mau kita ambil. Lalu barangnya sudah tidak karu-karuan lalu bagaimana perasaaan kita. Tentunya pasti marah. Maka tidak ada bedanya sama Allah. Pasti juga marah. Titipan enggak boleh bikin kita jadi sombong tapi titipan harus kita jaga dengan sebaik-baiknya

1 komentar:

  1. Silahkan belajar dlu akad jual beli jasa dalam islam, karna parkir itu termasuk dalam jasa. Dri situ bisa dilihat bagaimana jasa parkir itu bisa dikatakan halal, dan bagaimna bisa dikatakan haram

    BalasHapus