Jumat, 11 Maret 2016

Malas Bangun Subuh, belum Pantas Bangun Rumah Tangga.

Malas Bangun Subuh
Belum Pantas Bangun Rumah Tangga.


Terkadang penulis geleng kepala. Karena beralasan nikah itu ibadah. Nikah itu sunnah. Nikah itu perintah Allah. Lalu sebagian di antara kita. Dengan kondisi yang sangat labil. Umur belum cukup dewasa. Masih anak-anak. Malah nekad untuk nikah. Kalau ini di biarin maka urusannya semakin ribet. Kejadian ini terjadisaat ada salah seorang anak remaja, bisa dikatakan masih anak-anak. Datang ke rumah bersama kekasihnya.

Dengan tiba-tiba sang anak itu berkata. Saya mau nikah, saya sangat cinta sama kekasihku ini. Saya tidak mau berpisah dengannya. Mendengar itu, tentunya penulis langsung kaget. Lalu berkata apa tidak salah dengan yang saya dengar ini Dek. Tidak jawabnya. Kami berdua mau nikah. Bagaimanapun caranya kami harus menikah.
Maka pada waktu itu. Penulis katakan kepada mereka berdua. Dek, nikah itu memang baik. Nikah itu memang bagus. Tapi caba anda pikirkan lagi matang-matang. Apalagi kondisimu yang saat ini masih sangat labil. Apa bisa menghidupi istrimu ke depan. Bahkan saat ini kalian berdua untuk uang jajan saja masih minta sama orang tua. Perkara nikah sangat mudah. Tinggal ustadz bawa ke KUA Jadi, tapi yang di pikir ke depannya. Apa sanggup menjalaninya dengan kondisimu yang saat ini. Lanjut ujar penulis.
Memangnya adek sudah berapa lama saling kenal. Tanyaku padanya. Baru jalan 3 bulan ustadz. Semakin kaget penulis dengar. Baru lima bulan ujarku terpongah. Iya jawabnya. Setelah itu kembali penulis beri nasehat. Dek nikah itu bukan cuma modal cinta. Bukan cuma modal suka, tapi lebih dari itu. Kalian bukan mau hidup sehari dua hari, seminggu dua minggu. Akan tetapi sampai kalian mati. Maka saat itu penulis katakan kepada yang perempuan.
Dek, pasti adek Cuma mau nikah satu kali kan.? Tidak ada perempuan normal yang mau nikah dua kali. Pastinya dia Cuma mau menikah satu kali dengan lelaki yang yang sama. Jangan sampai jika kalian di nikahkan sekarang. Setelah beberapa minggu ke depan lansung pisah. Siapa yang malu? Tentu keluarga dengan kalian berdua. Akhirnya mereka berdua Cuma hanya bisa tertunduk malu dan diam.
Parahnya kejadian ini. Saat penulis bertanya kepada mereka berdua. Apa kalian shalat? Apa jawabnya. Tidak ustadz. Allahu akbar. Akhirnya aku cuma katakan gimana mau bisa bangun rumah tangga, kalau shalat saja tidak di tunaikan. Mulai sekarang silahkan kalian shalat. Mohon petunjuk sama Allah. Insya Allah dengan kalian shalat akan terbuka jalan keluar atas permasalahan cinta kalian.
Teringat dengan sebuah kalimat dari salah seorang sahabat di pasca sarjana UIN Alauddin Makassar. Seorang ahwat yang baru-baru saja membina rumah tangga. Di sela-sela diskusi ia berkata, “Jika belum bisa untuk bangus shalat subuh. Maka jangan coba-coba untuk berani untuk membangun rumah tangga”
Kalimat ini memang cukup simpel. Akan tetapi sesungguhnya ia memiliki makna yang cukup indah bagi seseorang yang belum menikah. Kalau kita belum bisa bangun subuh, itu menandakan kita belum mampu untuk membangun rumah tangga. Jangan hanya menuruti hawa nafsu, asal nikah tanpa berfikir lebih panjang lagi.
Ketahuilah pernikahan itu bukanlah suatu tamassa sesaat. Akan tetapi ia adalah ikatan suci untuk selama-lamanya. Memang bangun subuh bukanlah menjadi tolak ukur seseorang mampu atau tidaknya ia menikah.Namun patutlah menjadi renungan bagi kita, para orang tua, dan para gadis.
Selaku orang tua. Jika ada seorang lelaki datang melamar putrimu. Maka yang pertama yang harus anda tanyakan adalah tentang shalatnya. Apakah ia shalat atau tidak. Bangun subuh apa tidak. Jika ia mengatakan tidak shalat. Maka pertimbangkanlah, walaupun lelaki tersebut adalah orang kaya atau memiliki paras yang indah. Karena ketahuilah......
Jika perintah tuhannya saja ia berani tinggalkan apalagi hanya seorang putrimu. Shalat adalah adalah kreteria utama yang perlu anda tanyakan padanya. Bahkan saat ia mulai berbicara tanyakan padanya. Tadi subuh bangun atau tidak.? Shalat subuh di mana?. Jika ia menjawab tidak, maka hati-hatilah bisa-bisa kelak putrimu akan di buat susah dan sengsara. Pertimbangkanlah lelaki seperti itu
Buat para gadis. Jika anda menemukan seorang lelaki yang malas untuk bangun shalat subuh. Lebih baik anda hindari lelaki itu. Masih banyak lelaki shaleh di luar sana yang mencarimu. Lelaki yang enggan bahkan tidak pernah untuk bangun shalat subuh, ia tidak pantas menjadi pendamping hidupmu. Mengapa? Bertemu dengan Tuhannya saja ia enggan, tidak mau, bahkan ia acuhkan. Apalagi dengan dirimu yang hanya manusia biasa
Buat siapa saja yang sudah mau menikah. Introfeksilah diri, apakah selama ini sudah mampu untuk bangun subuh atau belum. Jika belum mampu, tahanlah dulu keinginan itu. Jangan sampai dengan menikah anda menyengsarakan anak orang. Masih malas untuk bekerja, tidak mau bergerak, dan masih lebih senang tidur-tiduran di dalam kamar.
Sering penulis katakan dalam beberapa tulisan. Menikah itu bukan hanya sehari, dua hari, seminggu atau sebulan engkau bersamanya. Akan tetapi menikah itu selama-lamanya, hingga ajal yang memisahkan. Menikah bukan hanya persoalan cinta semata. Akan tetapi sanggup tidak engkau mempertahankan cinta dan kesetian itu hingga nnyawayang memisahkan.

Ketahuilah bangun subuh di atas, adalah sebuah kiasan tentang beratnya sebuah pernikahan. Tentunya tanggung jawab yang di pikul oleh seorang yang menikah sangatlah besar. Jika hal sepele seperti bangun subuh saja kita tidak bisa tunaikan. Apalagi suatu hal yang besar seperti PERNIKAHAN. Olenya itu mari perkokoh hubungan kita kepada Allah dulu. Baru melaksanakan kewajiban yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar