Malas Bangun Subuh
Belum Pantas Bangun Rumah Tangga.
Terkadang penulis geleng kepala.
Karena beralasan nikah itu ibadah. Nikah itu sunnah. Nikah itu perintah Allah.
Lalu sebagian di antara kita. Dengan kondisi yang sangat labil. Umur belum
cukup dewasa. Masih anak-anak. Malah nekad untuk nikah. Kalau ini di biarin
maka urusannya semakin ribet. Kejadian ini terjadisaat ada salah seorang anak
remaja, bisa dikatakan masih anak-anak. Datang ke rumah bersama kekasihnya.
Dengan tiba-tiba sang anak itu
berkata. Saya mau nikah, saya sangat cinta sama kekasihku ini. Saya tidak mau
berpisah dengannya. Mendengar itu, tentunya penulis langsung kaget. Lalu
berkata apa tidak salah dengan yang saya dengar ini Dek. Tidak jawabnya. Kami
berdua mau nikah. Bagaimanapun caranya kami harus menikah.
Maka pada waktu itu. Penulis
katakan kepada mereka berdua. Dek, nikah itu memang baik. Nikah itu memang
bagus. Tapi caba anda pikirkan lagi matang-matang. Apalagi kondisimu yang saat
ini masih sangat labil. Apa bisa menghidupi istrimu ke depan. Bahkan saat ini
kalian berdua untuk uang jajan saja masih minta sama orang tua. Perkara nikah
sangat mudah. Tinggal ustadz bawa ke KUA Jadi, tapi yang di pikir ke depannya.
Apa sanggup menjalaninya dengan kondisimu yang saat ini. Lanjut ujar penulis.
Memangnya adek sudah berapa lama
saling kenal. Tanyaku padanya. Baru jalan 3 bulan ustadz. Semakin kaget penulis
dengar. Baru lima bulan ujarku terpongah. Iya jawabnya. Setelah itu kembali
penulis beri nasehat. Dek nikah itu bukan cuma modal cinta. Bukan cuma modal
suka, tapi lebih dari itu. Kalian bukan mau hidup sehari dua hari, seminggu dua
minggu. Akan tetapi sampai kalian mati. Maka saat itu penulis katakan kepada yang
perempuan.
Dek, pasti adek Cuma mau nikah
satu kali kan.? Tidak ada perempuan normal yang mau nikah dua kali. Pastinya
dia Cuma mau menikah satu kali dengan lelaki yang yang sama. Jangan sampai jika
kalian di nikahkan sekarang. Setelah beberapa minggu ke depan lansung pisah.
Siapa yang malu? Tentu keluarga dengan kalian berdua. Akhirnya mereka berdua
Cuma hanya bisa tertunduk malu dan diam.
Parahnya kejadian ini. Saat
penulis bertanya kepada mereka berdua. Apa kalian shalat? Apa jawabnya. Tidak
ustadz. Allahu akbar. Akhirnya aku cuma katakan gimana mau bisa bangun rumah
tangga, kalau shalat saja tidak di tunaikan. Mulai sekarang silahkan kalian
shalat. Mohon petunjuk sama Allah. Insya Allah dengan kalian shalat akan
terbuka jalan keluar atas permasalahan cinta kalian.
Teringat dengan sebuah kalimat
dari salah seorang sahabat di pasca sarjana UIN Alauddin Makassar. Seorang
ahwat yang
baru-baru saja membina rumah tangga. Di sela-sela diskusi ia berkata, “Jika
belum bisa untuk bangus shalat subuh. Maka jangan coba-coba untuk berani untuk
membangun rumah tangga”
Kalimat ini memang cukup simpel.
Akan tetapi sesungguhnya ia memiliki makna yang cukup indah bagi seseorang yang
belum menikah. Kalau kita belum bisa bangun subuh, itu menandakan kita belum
mampu untuk membangun rumah tangga. Jangan hanya menuruti hawa nafsu, asal
nikah tanpa berfikir lebih panjang lagi.
Ketahuilah pernikahan itu
bukanlah suatu tamassa sesaat. Akan tetapi ia adalah ikatan suci untuk
selama-lamanya. Memang bangun subuh bukanlah menjadi tolak ukur seseorang mampu
atau tidaknya ia menikah.Namun patutlah menjadi renungan bagi kita, para orang
tua, dan para gadis.
Selaku orang tua. Jika ada
seorang lelaki datang
melamar putrimu. Maka yang pertama yang harus anda tanyakan adalah tentang shalatnya.
Apakah ia shalat atau tidak. Bangun subuh apa tidak. Jika ia mengatakan tidak
shalat. Maka pertimbangkanlah, walaupun lelaki tersebut adalah orang kaya atau
memiliki paras yang indah. Karena ketahuilah......
Jika perintah tuhannya
saja ia berani tinggalkan apalagi hanya seorang putrimu. Shalat adalah adalah kreteria utama yang perlu anda tanyakan
padanya. Bahkan saat ia mulai berbicara tanyakan padanya. Tadi subuh bangun atau tidak.? Shalat subuh di mana?. Jika ia menjawab tidak, maka hati-hatilah
bisa-bisa kelak putrimu akan di buat susah dan sengsara. Pertimbangkanlah
lelaki seperti itu
Buat para gadis. Jika anda menemukan seorang lelaki yang malas untuk bangun
shalat subuh.
Lebih baik anda
hindari lelaki itu. Masih banyak lelaki shaleh di luar sana yang mencarimu.
Lelaki yang enggan bahkan tidak pernah untuk bangun shalat subuh, ia tidak
pantas menjadi pendamping hidupmu. Mengapa? Bertemu dengan Tuhannya saja ia
enggan, tidak mau, bahkan ia acuhkan. Apalagi dengan dirimu yang hanya manusia
biasa
Buat siapa saja yang sudah mau
menikah. Introfeksilah diri, apakah selama ini sudah mampu untuk bangun subuh
atau belum. Jika belum mampu, tahanlah dulu keinginan itu. Jangan sampai dengan menikah anda menyengsarakan anak orang. Masih malas untuk bekerja, tidak mau bergerak, dan masih
lebih senang tidur-tiduran di dalam kamar.
Sering penulis katakan dalam
beberapa tulisan. Menikah itu bukan hanya sehari, dua hari, seminggu atau sebulan
engkau bersamanya. Akan tetapi menikah itu selama-lamanya, hingga ajal yang
memisahkan. Menikah bukan
hanya persoalan cinta semata. Akan tetapi sanggup tidak engkau mempertahankan cinta dan kesetian
itu hingga nnyawayang memisahkan.
Ketahuilah bangun subuh di atas,
adalah sebuah kiasan tentang beratnya sebuah pernikahan. Tentunya tanggung
jawab yang di pikul oleh seorang yang menikah sangatlah besar. Jika hal sepele
seperti bangun subuh saja kita tidak bisa tunaikan. Apalagi suatu hal yang
besar seperti PERNIKAHAN. Olenya itu mari perkokoh hubungan kita kepada Allah
dulu. Baru melaksanakan kewajiban yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar